Oleh : Ilham Fajar Setiawan. ( Mahasiswa Ilmu Pemerintahan UIN Jambi)
Di ujung timur Provinsi Jambi, tersembunyi sebuah pesona alam yang mulai mencuri perhatian publik yaitu Pantai Remau Baku Tuo. Terletak di Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pantai ini menyuguhkan keindahan yang langka. Hamparan pasir berwarna gelap, laut yang tenang, dan deretan pohon cemara menyejukkan suasana.
Baca Juga: Warga Akan Melawan, Kalau PT BBIP Memaksakan Kehendak
Gubernur Jambi bahkan sempat menyampaikan keinginannya untuk menjadikan pantai ini sebagai objek wisata nasional. Ini menunjukkan bahwa potensi wisata pesisir Tanjung Jabung Timur mulai dilirik secara serius oleh pemerintah daerah.
Dibalik keindahan itu, tersimpan sebuah ironi. Jalan menuju lokasi wisata tersebut masih jauh dari kata layak. Infrastruktur yang rusak, becek saat hujan, dan sulit dilalui kendaraan membuat pesona Pantai Remau Baku Tuo seakan terkubur oleh keterbatasan akses.
Baca Juga: PT. BBIP Tetap Memanen Sawit di Lahan Sengketa, Warga Akan Halangi Apapun yang Terjadi
Kondisi ini mencerminkan persoalan klasik yang kerap terjadi di daerah. Potensi besar tidak diimbangi dengan perhatian serius terhadap pembangunan dasar.
Untuk mencapai Pantai Remau Baku Tuo, masyarakat harus menempuh perjalanan panjang melewati Kecamatan Sadu. Wilayah ini masih menghadapi tantangan berat dalam hal infrastruktur dasar.
Jalanan yang menghubungkan desa-desa seperti Sungai Jambat dan Sungai Sayang banyak yang rusak parah. Di musim hujan, kondisinya semakin buruk. Jalan menjadi berlumpur, licin, dan sulit dilalui bahkan oleh kendaraan roda dua.
Menurut laporan Mapikor News (2024), kondisi ini menyebabkan banyak kendaraan terjebak dan aktivitas warga terganggu secara signifikan.
Meski pemerintah daerah melalui Dinas PUPR telah melakukan beberapa perbaikan seperti penimbunan dan pengerahan alat berat, hasilnya belum signifikan. Banyak titik jalan kembali rusak dalam waktu singkat.
Hal ini diperparah dengan lalu lintas kendaraan berat pengangkut hasil perkebunan seperti kelapa sawit. Warga menilai upaya perbaikan yang dilakukan hanya bersifat sementara dan tidak bertahan lama.
Fraksi Gerindra dalam Paripurna DPRD Tanjabtim (2024) juga menyoroti persoalan ini. Mereka mendesak agar Dinas PUPR lebih serius dalam menangani jalan rusak, terutama di wilayah pesisir seperti Sadu.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembangunan yang dilakukan belum menyentuh akar persoalan. Padahal jika tujuannya ingin mengembangkan sektor pariwisata secara berkelanjutan, infrastruktur adalah kunci utama.
Laman resmi Pemerintah Provinsi Jambi mencatat bahwa pengembangan Pantai Remau Baku Tuo sebagai destinasi wisata nasional sudah dirancang. Namun, hingga kini hal itu belum diikuti dengan komitmen perbaikan infrastruktur pendukung.
Jika akses jalan terus dibiarkan rusak, maka potensi wisata sebesar apa pun akan sulit berkembang.
Pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Tanjung Jabung Timur sejatinya telah menjadi perhatian pemerintah daerah. Beberapa wilayah bahkan telah ditetapkan sebagai desa wisata unggulan. Tujuannya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir.
Namun demikian, strategi pengembangan tersebut masih menghadapi tantangan besar dalam hal infrastruktur. Tanpa akses jalan yang memadai, destinasi seperti Pantai Remau Baku Tuo sulit dijangkau oleh wisatawan, baik lokal maupun luar daerah.
Kondisi ini mencerminkan bahwa pengembangan pariwisata tidak hanya butuh promosi, tetapi juga dukungan nyata dari sisi fisik. Seperti dijelaskan dalam jurnal Tanjung Jabung Timur sebagai Destinasi Wisata oleh M. Zuldiansyah (2023), “aksesibilitas menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu kawasan wisata, terutama di wilayah terpencil dan pesisir”.
Sementara itu, dalam dokumen resmi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2025–2045, disebutkan bahwa pembangunan infrastruktur dasar menjadi prioritas utama dalam agenda pembangunan ke depan.
Salah satu poin utamanya adalah peningkatan kualitas dan kuantitas jalan penghubung antarwilayah, khususnya di daerah terpencil seperti Kecamatan Sadu.
Hal ini penting mengingat daerah pesisir memiliki potensi strategis dalam sektor pariwisata dan ekonomi kelautan. Jika tidak diimbangi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai, potensi tersebut hanya akan menjadi angan-angan.
RPJPD ini juga menekankan pentingnya pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan untuk memastikan pemerataan pembangunan.
Kunjungan Gubernur Jambi, Al Haris, ke Pantai Remau Baku Tuo beberapa waktu lalu menjadi angin segar bagi masyarakat pesisir Tanjung Jabung Timur. Dalam kesempatan tersebut, Gubernur menyampaikan komitmennya untuk menjadikan pantai ini sebagai salah satu objek wisata unggulan di Provinsi Jambi.
Ia juga menyoroti pentingnya akses jalan sebagai penunjang utama sektor pariwisata. Kehadiran pemimpin daerah secara langsung di lokasi ini patut disyukuri. Setidaknya, hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah tidak menutup mata terhadap potensi besar yang selama ini kurang tergarap.
Al Haris menegaskan bahwa pengembangan wisata Pantai Remau Baku Tuo akan terus diupayakan agar bisa menarik lebih banyak wisatawan dan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.
Melihat kondisi yang ada saat ini, besar harapan saya agar pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir seperti Kecamatan Sadu bisa segera menjadi prioritas nyata. Pantai Remau Baku Tuo bukan sekadar bentangan pasir dan laut, tapi simbol dari potensi besar yang belum tergarap maksimal. Sayang rasanya jika keindahan alam ini terus-menerus kalah oleh ketimpangan pembangunan.
Dengan perencanaan yang matang dan komitmen nyata, akses jalan yang layak bukanlah hal mustahil. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama, masyarakat pesisir dapat menikmati jalan yang aman dan nyaman, dan wisatawan pun tak lagi ragu datang menikmati pesona Remau Baku Tuo.*****
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS