KABAR18.COM — Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, meresmikan Akatara Gas Processing Facility (AGPF) yang dikelola oleh SKK Migas - Jadestone Energy (Lemang) PTE Ltd, Rabu (16/4/2025).
AGPF beroperasi di Desa Bram Itam, Kecamatan Bram Itam Kiri, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Jambi. Peresmian dihadiri oleh Kepala SKK Migas Djoko Siswanto, Gubernur Jambi Al Haris, Bupati Tanjungjabung Barat Anwar Sadat dan General Manager Jadestone Energy (Lemang) PTE Ltd Andi Iwan Uzamah.
Baca Juga: Kejar Giant Discovery, SKK Migas dan KKKS Akan Melaksanakan Survey Seismic 3D Senilai Rp 1,1 Triliun
Peresmian Akatara Gas Processing Facility ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Yuliot Tanjung, Djoko Siswanto, Al Haris, Anwar Sadat dan Andi Iwan Uzamah. Wamen ESDM Yuliot Tanjung juga meninjau kondisi fasilitas produksi gas Lapangan Akatara itu.
Yuliot Tanjung mengungkapkan bahwa Jambi merupakan daerah penyangga ketahanan energi nasional. Di Provinsi Jambi banyak terdapat cadangan minyak dan gas bumi. Sebagian besar lapangan migas di Jambi produktif.
Baca Juga: PLN Dukung Kebijakan Pemerintah Lebarkan Golongan Tarif
Menurut Yuliot, dalam menjaga ketahanan energi ketersediaan energi harus terus ditingkatkan. Selain produksi, peningkatan nilai tambah dalam negeri melalui hilirisasi migas juga menjadi program utama pemerintah.
Yuliot menegaskan, sumber daya alam Indonesia jangan lebih banyak mengalir ke negara lain. Hilirisasi migas mesti memberikan dampak besar, sehingga memberi nilai tambah, diantaranya dengan ekspor. Selain itu juga menciptakan lapangan kerja dan menambah ruang fiskal pemerintah.
Baca Juga: SKK Migas-Jadestone Berhasil Alirkan Gas Perdana Pasok PLN Batam
Yuliot mengungkapkan, investasi Jadestone Energy melalui AGPF prosesnya cukup cepat dan efisien. Nilainya sekitar US.$.130 juta, atau setara dengan Rp.2 triliun.
Kehadiran AGPF dipastikan Yuliot berdampak besar bagi program ketahanan energi nasional yang diprioritaskan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Ketersediaan energi akan meningkatkan kegiatan dan aktivitas ekonomi masyarakat.
“Diharapkan investasi yang dilakukan Jadestone Energy akan menambah kegiatan investasi yang ada di Provinsi Jambi. Selain meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat, juga meningkatkan penerimaan negara dan APBD kabupaten/kota di Provinsi Jambi,” ujar Yuliot.
Yuliot menilai fasilitas produksi gas Akatara sangat efisien. Di sini diproduksi Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau gas minyak cair dan kondensat. AGPF akan memenuhi kebutuhan LPG masyarakat Jambi, baik berupa gas LPG 3 kilogram, maupun LPG non subsidi untuk kebutuhan industri.
Dijelaskan juga, bahwa kegiatan di AGPF terintegrasi dan terinstalasi, mulai dari proses di sumur yang dialirkan ke proses implan hingga menghasilkan gas LPG dan kondensat. Dua produk itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan industri.
Diharapkan 80 persen kebutuhan LPG dalam negeri yang saat ini masih berasal dari impor, dan nilai impornya mencapai Rp.500 triliun per tahun, dengan adanya AGPF dapat menekan impor LPG tersebut.
Kementerian ESDM memberikan kesempatan investasi kepada Jadestone Energy ini karena potensinya sangat nyata dan sudah sampai pada tahap produksi. Karena itu, pemerintah pusat akan melakukan percepatan ketersediaan energi, untuk menjamin kebutuhan energi nasional.
Saat ini kebutuhan nasional untuk minyak bumi berkisar 1,5 juta - 1,6 juta barel per hari. Artinya, proyek-proyek seperti yang dilakukan Jadestone ini akan meningkatkan ketahanan energi, sekaligus memenuhi kebutuhan dan ketersediaan energi secara nasional.
“Pemerintah akan menjadikan Jadestone Energy sebagai benchmark dari sisi percepatan waktu, efisiensi dan dampaknya terhadap perekonomian di daerah,” ungkap Yuliot.
Sementara itu, Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto menjelaskan, pembangunan fasilitas produksi gas Jadestone Energy mencangkup tiga pekerjaan utama, yaitu pembangunan gas plant yang dilengkapi LPG processing facility, pembangunan stasiun gas metering, dan pembangunan instalasi pipa 8 inch sepanjang 17,2 kilometer.
“Proyek ini dilaksanakan dengan jumlah pekerja sebanyak 63 orang. Namun pada saat konstruksi menyerap tenaga kerja sekitar 1.600 sub kontraktor, ditambah 200 pekerja dari main kontraktor dengan lebih dari 8 juta jam kerja tanpa kecelakaan,” papar Djoko.
Djoko menyampaikan, keberadaan Akatara Gas Processing Facility juga memberi manfaat bagi masyarakat. Salah satunya menggandeng BUMD Batara, dan dari program pemberdayaan masyarakat proyek ini memberikan sarana pengadaan air bersih bagi masyarakat sekitar.
Pada kesempatan itu Gubernur Jambi, Al Haris, menyampaikan bahwa pada masa pemerintahan Zulkifli Nurdin pengelolaan gas di Jambi sudah dimulai. Namun, karena belum dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, banyak gas di Jambi terbuang sia sia.
“Seiring berjalannya waktu, dengan banyaknya sumber daya gas ditemukan, maka saat ini telah mampu mendukung pembangunan. Ada 3.000 lebih sumur yang mulai dikelola, dan sudah ada izin tambang rakyat. Ini akan memberi dampak positif untuk masyarakat,” ucapnya. ***
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS