Catatan : Martayadi Tajuddin, Pemerhati InfrastukturAlumni Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung
Pembangunan Stadion Swarnabhumi di Pijoan, yang dianggarkan melalui APBD Provinsi Jambi dengan skema Multiyear, telah dijanjikan menjadi simbol kemajuan besar bagi provinsi ini. Namun, di balik janji manis tersebut, kenyataan yang muncul jauh dari harapan.
Rencana pembangunan dimulai sejak 2022 dengan alokasi anggaran yang seharusnya mencakup 30% pada tahun pertama, dan masing-masing 35% pada tahun kedua dan ketiga. Tetapi, pada kenyataannya, tahun pertama gagal dilaksanakan karena ketidakpastian lokasi stadion yang berpindah-pindah, serta permasalahan sengketa tanah antara Pemprov Jambi dan Yayasan Pendidikan Jambi, yang hingga kini belum juga terselesaikan.
Pelaksanaan pembangunan stadion baru dapat dimulai pada kuartal pertama 2023, dengan target 50% kemajuan pada akhir tahun yang sama. Namun, yang terjadi adalah keterlambatan yang tak terelakkan, sehingga baru tercapai pada kuartal pertama 2024. Ini jelas menunjukkan adanya ketidakmampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proyek strategis yang seharusnya menjadi kebanggaan.
Desain stadion pun mengalami perubahan, dari kapasitas penonton hingga struktur dan material yang digunakan, demi menekan anggaran yang semakin terbatas. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah kita benar-benar berkomitmen untuk membangun stadion berskala internasional yang layak? Atau justru proyek ini hanya menjadi beban yang tidak ada ujungnya?
Kini, meski progres pembangunan baru mencapai 80 an persen, ada keraguan besar apakah stadion ini akan selesai tepat waktu pada Desember 2024. Bahkan jika selesai, stadion tersebut tidak akan dapat berfungsi dengan maksimal karena kekurangan infrastruktur pendukung, dan kualitas konstruksi yang diragukan akibat terburu-buru dalam pengejaran target waktu.
Baca Juga: Kami Muak...Janji-janji Kosong, Program yang Gagal, Tuka Gubernur Tulah..?
Bukan hanya itu, stadion ini juga membutuhkan biaya tambahan hingga hampir 200 milyar untuk menambah fasilitas pendukung, yang tentu akan menambah beban keuangan daerah. Jika anggaran ini dipaksakan, akan menambah persoalan penganggaran yang lebih besar, mengingat perjanjian penganggaran multiyear yang sudah dianggap final. Tentu, pembangunan stadion ini akan meninggalkan warisan berupa bangunan yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, yang hanya menjadi beban pemerintah dan rakyat.
Kekhawatiran terbesar adalah stadion ini akan berakhir seperti Stadion Merangin yang terbengkalai, sia-sia, dan hanya menjadi monumen kebijakan yang gagal, menghabiskan uang rakyat tanpa memberikan manfaat nyata. Jangan sampai Stadion Swarnabhumi menjadi salah satu dari banyak proyek serupa yang mengorbankan harapan rakyat demi kepentingan yang lebih sempit dan tidak berpihak pada kesejahteraan publik.
Jangan biarkan anggaran rakyat terbuang sia-sia. Kita membutuhkan stadion yang fungsional, bukan sekadar simbol kosong. Waktu terus berjalan, dan kita harus memastikan pembangunan ini tidak hanya menjadi proyek yang terbuang percuma. Ini saatnya untuk menuntut realisasi janji yang lebih dari sekadar anggaran, tapi juga kualitas dan manfaat nyata bagi masyarakat!
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS