Catatan Mursyid Sonsang, Wartawan Senior dan Alumni Lemhannas PPSA 18
"Kita harus percaya pada keberuntungan. Jika tidak, bagaimana kita akan menjelaskan kesuksesan orang yang kita tidak suka?" - Jean Cocteau
Baca Juga: HPN Kendari Terancam,<br>Covid 19 Mengila Lagi….
Sejak Indonesia merdeka orang yang paling beruntung di Repuplik Indonesia adalah Joko Widodo. Keberuntungan diawali ketika diusung menjadi Gubernur DKI tahun 2012 lalu menang putaran ke dua melawan Fauzi Bowo. Belum habis jabatannya sebagai gubernur DKI diusung lagi jadi presiden tahun 2014 dan menang melawan Prabowo. Lalu periode kedua menang lagi melawan Prabowo. Betapa beruntungnya Jokowi hanya dalam waktu 2,5 tahun dari walikota bisa jadi presiden.
Kedikjayaan dan keberuntungan Jokowi itu diikuti anaknya sulungnya Gibran. Tanpa susah payah menang dalam Pilwako Walikota Solo. Nasib serupa juga dialami menantunya Bobby Nasution dengan mulus menang dalam Pilwako Medan. Anak bungsunya digadang gadangkan akan maju pula jadi Walikota Depok.
Baca Juga: Covid19 Melonjak, Presiden Hadiri HPN di Kendari Secara Daring
Mengapa saya pakai istilah keberuntungan. Argumennya sederhana saja. Banyak tokoh yang bekerja keras dari mahasiswa sudah jadi aktivis, berbagai jabatan sudah dipegang hingga ketua partai. Juga tidak bisa jadi presiden.
Ada lagi tokoh dari pelajar sudah jadi ketua OSIS, ketua senat saat mahasiswa, turun ke jalan menumbangkan orde baru, masuk penjara, punya partai. Jangankan jadi presiden masuk bakal calon presiden saja tidak.
Baca Juga: Jokowi Batal Datang HPN di Kendari, Panitia Harus Hati Hati Menggunakan Anggaran…
Apalagi kalau dibandingkan dengan Megawati Soekarnoputri. Anak presiden, zaman orde baru di kucilkan, ditekan sana sini. Partainya dihajar kiri kanan. Setelah reformasi dalam Pemilu yang digelar tanggal 7 Juni 1999, partai Megawati, PDIP keluar sebagai pemenang. Di atas kertas peluang Megawati sangat besar terpilih jadi presiden.
Tapi keberuntungan belum berpihak ke Megawati. Melalui sidang umum MPR tanggal 20 Oktober 1999 memilih Gusdus sebagai presiden dan tanggal 21 Oktober 1999 memilih Megawati jadi Wapres.
Kecewakah Megawati..? Pasti sebagai manusia. Tapi karena kekecewaan demi kekecewaan yang dialaminya, Megawati tetap kokoh dan berdiri tegak.
Dua tahun kemudian Gusdur diturunkan oleh MPR, otomatis naik Megawati jadi presiden. Memang berliku dan penuh pengorbanan serta air mata Megawati jadi presiden.
Keberuntungan Jokowi Akan Berakhir...?
Jokowi kembali menguji keberuntungan menjelang habis jabatan presiden yang diembannya. Wacana perpanjangan masa jabatan presiden. Langkah secara hukum dan opini digalang. Bahkan sudah menyiapkan tiga Parpol untuk perahunya. Tapi semua upaya itu gagal total.
Ini tanda tanda zaman, sekeras apapun usaha dan memiliki kekuasaan, uang, aparat tapi tidak selamanya keberuntungan itu berpihak ke Jokowi dan kroninya.
Kini tersisa harapan Jokowi memastikan calon presiden mendatang yang sejalan dan bisa melanjutkan program pembangunan yang digagasnya, seperti IKN, kereta api cepat Jakarta - Bandung, jalan tol yang masih banyak belum selesai.
Sepanjang tahun 2023 ini secara kasat mata manuver politik Jokowi dan kroninya. Beberapa kesempatan mempromosikan Ganjar Pranowo, Prabowo, Erick Tohir dan Airlangga Hartarto. Anehnya tidak sekalipun mempromosikan Puan Maharani dan PDIP partai yang membesarkan dan memberi keberuntungan kepada keluarganya.
Manuver Jokowi dalam bulan Ramadhan ini cukup menggetarkan jagat politik di Indonesia. Bertemunya Jokowi dengan lima ketua umum partai . Mereka adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum PPP Mardiono. Minus PDIP, Nasdem.
Dari pertemuan ini muncul wacana Koalisi Besar dengan tampil Prabowo sebagai jurubicara pertemuan tersebut dan Jokowi sangat sumringah berucap "Saya hanya bilang cocok. Terserah kepada ketua-ketua partai atau gabungan ketua partai," ujar Jokowi
Ia melanjutkan, "Untuk kebaikan negara untuk kebaikan bangsa untuk rakyat, hal yang berkaitan bisa dimusyawarahkan itu akan lebih baik." tambahnya.
Sebelumnya sudah ada Koalisi Indonesia Bersatu ( KIB) yang anggotanya Partai Golkar, PAN, PPP dimana koalisi ini adalah pendukung Jokowi. Begitu juga Koalisi Indonesia Raya ( KIR) yang anggotanya Partai Gerindra dan PKB.
Koalisi ini sudah sangat sering bertemu. Bahkan KIR sudah membentuk posko. Tapi hingga saat ini mereka masih bertengkar menentukan calon wapres dan cawapres. Keraguan itu sudah terlontar oleh PKB "Orang kami berdua aja Gerindra dan PKB aja kesulitan memutuskan, apalagi berlima," kata Wakil Ketua Umum PKB Bidang Pemenangan Pemilu, Jazilul Fawaid berkaca dari koalisinya bersama Gerindra.
Sementara diseberang sana Partai Nasdem dengan gerak cepat mencalonkan Anies Baswedan sebagai presiden. Lalu diikuti oleh PKS dan Partai Demokrat. Walau banyak rintangan dan perlakuan diskriminasi dari penguasa.
Akhirnya koalisi ini secara resmi terbentuk Koalisi Perubahan dan Persatuan (KKP) dengan ditanda tangani surat dukungan dan nota kesepakatan oleh masing masing ketua partai. Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), serta Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu. Salah satu isinya untuk mencalonkan Anies Baswedan sebagai presiden.
Sampai ke tahap ini keberuntungan Anies sudah kelihatan. Kalau melihat proses dari awal banyak kalangan yang pesimis. Begitu kuatnya tekanan dan berbagai cara dilakukan rezim ini untuk mencegal Anies jadi Capres.
Sebagai pointnya adalah keteguhan hati Surya Paloh, Agus Harimurti Yudhoyono dan Ahmad Syaikhu dan keberuntungan Anies Baswedan.
Seperti ungkapan pantun " Biji selasih rasanya lezat.
Di makan waktu hari panas. Sekali kasih sudah melekat, Sampai mati takkan kulepas." *****
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS