Oleh : Herlina ( Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, Universitas Negeri Islam Sulthan Thaha Saifuddin Jambi)
Kondisi jalan di Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, kian memprihatinkan. Jalan utama yang menghubungkan Rantau Rasau dengan Muara Sabak Timur rusak berat, menyisakan beberapa lubang besar, permukaan jalan yang berlumpur saat hujan, dan kerusakan fisik lainnya yang menyulitkan masyarakat dalam beraktivitas.
Baca Juga: Kemacetan Rasau - Lambur Segera Diurai Malam Ini, Perintah Dillah Hich dari Mangelang
Kerusakan ini bukanlah hal baru. Warga sudah bertahun-tahun mengeluhkan jalan yang tak kunjung diperbaiki secara menyeluruh. Jalan yang seharusnya menjadi penghubung utama antarkecamatan justru berubah menjadi titik kemacetan.
Ada dua faktor utama yang menyebabkan kerusakan jalan tersebut: curah hujan yang tinggi dan kendaraan berat bermuatan sawit yang melintas.
Baca Juga: Remau Baku Tuo: Ketika Pesona Alam Kalah oleh Infrastruktur
Sebagian besar jalan di kawasan ini masih berupa tanah atau batu koral, yang tidak memiliki kekuatan untuk menahan tekanan dari truk-truk besar bermuatan berlebih. Saat musim hujan tiba, jalan berubah menjadi lumpur.
Kendaraan pengangkut hasil perkebunan, terutama sawit, melintas setiap hari. Akibatnya, jalan yang tidak dirancang untuk kendaraan berat menjadi cepat hancur. Ini menciptakan siklus kerusakan yang terus berulang: diperbaiki seadanya, rusak kembali, lalu dibiarkan.
Warga Kecamatan Rantau Rasau dan sekitarnya mulai menunjukkan keresahan mereka terhadap lambat nya penanganan pemerintah.Sedangkan jalan tersebut sangat penting bagi Masyarakat sekitar.
Kerusaknya jalan tersebut berdampak langsung pada akses pendidikan, ekonomi, dan layanan kesehatan. Siswa-Siswi sulit pergi ke sekolah, Mobil pembawa sawit sulit melintas hingga membuat antrean panjang, dan ambulans pun harus menghadapi rintangan jalan saat membawa pasien.
Melihat kondisi yang tak kunjung membaik, warga bersama para sopir truk akhirnya bergotong royong melakukan perbaikan sementara. Mereka menggunakan alat seadanya, seperti kayu, dan batu, untuk menimbun jalan yang terlalu parah.
Kegiatan ini sudah berlangsung berkali-kali. Meskipun hanya bertahan sebentar, gotong royong ini menjadi bukti bahwa masyarakat tidak tinggal diam melihat penderitaan sesama. Namun demikian, perbaikan darurat semacam ini bukanlah solusi jangka panjang.
Kerusakan jalan juga berdampak besar pada roda perekonomian. Hasil perkebunan, dan pertanian warga sulit didistribusikan ke pasar induk. Biaya transportasi naik karena kendaraan membutuhkan waktu lebih lama dan perawatan ekstra akibat kondisi jalan yang buruk.
Hal ini turut memicu kenaikan harga barang kebutuhan pokok di daerah tersebut. Para pedagang menanggung risiko besar karena barang mudah rusak selama perjalanan dan kerap tertunda sampai ke tujuan.
warga berharap pemerintah daerah baik provinsi dan Tanjung Jabung Timur memperbaiki jalan ini, karena jalan urat nadi perekonomian masyarakat di Tanjung Jabung. *"""
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS