Pentingnya Mempelajari Mitigasi Bencana Gempa Bumi Sebagai Salah Satu Tema Pembelaran Fisika Pada Kurikulum Merdeka

Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang berpotensi terjadinya bencana alam.

Reporter: - | Editor: Izwan Sholimin
Pentingnya Mempelajari Mitigasi Bencana Gempa Bumi Sebagai Salah Satu Tema Pembelaran Fisika Pada Kurikulum Merdeka
Riza Azriyanti, S.Pd

Oleh : Riza Azriyanti, S.Pd
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang

Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang berpotensi terjadinya bencana alam. Secara umum bencana alam merupakan  suatu  peristiwa  atau  rangkaian  peristiwa  yang  terjadi diakibatkan  oleh  alam  yang  dapat  mengancam  dan  mengganggu  kehidupan  dan  penghidupan masyarakat, serta mengakibatkan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor non alam dan mengakibatkan sebagian besar merenggut korban jiwa. Bencana alam memiliki dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Salah satu bencana alam yang kerap kali terjadi di Indonesia adalah gempa bumi.

Baca Juga: Gempa di Pasaman Barat, Puluhan Rumah Rusak.

Gempa bumi merupakan sebuah getaran hebat yang menjalar ke permukaan bumi disebabkan oleh gangguan di dalam litosfer. Getaran ini terjadi pada lapisan kulit dengan ketebalan 100 km akibat akumulasi energi yang dilepaskan oleh lapisan kulit bumi itu sendiri (Tim LPBD, 2018). Sedangkan Khair dan Fauzi (2022) menyatakan bahwa Gempa bumi merupakan ancaman bagi semua orang dan dapat terjadi di mana saja. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gempa bumi menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya kematian akibat gempa. Penanggulangan gempa lokal diperlukan untuk meminimalkan dampak gempa bumi.

Dampak yang ditimbulkan dari gempa bumi berupa kerusakan bangunan, menimbulkan korban jiwa, kerugian harta benda, serta berdampak pada psikologi korban. Indonesia merupakan negara yang terletak dipertemuan tiga lempeng tektonik. Kondisi geografis ini yang menyebabkan Indonesia rawan terhadap bencana gempa bumi. Gempa bumi tektonik maupun vulkanik menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki tingkat seismisitas tinggi. Daerah di Indonesia yang dekat dengan pertemuan lempeng tektonik atau yang sering dikenal dengan zona subduksi relatif sering terjadi gempabumi. Tekanan, tarikan, dan pergeseran atau deformasi terjadi pada zona subduksi. 

Baca Juga: Gempa M 7,3 Guncang Mentawai Sumbar, BMKG Keluarkan Peringatan Dini

Gempa dahsyat  berkekuatan 7,8 SR terjadi di Turki  pada Senin 6 februari 2023 yang menggemparkan dunia dan meninggalkan dua retakan besar di kerak bumi. Fenomena ini terjadi di dekat perbatasan Turki-Suriah dan menjadi yang terpanjang dalam sejarah. Tim LPBD (2018) menyatakan bahwa gempa bumi juga terjadi dengan M 8,5 SR di Nias pada Maret 2005, M 6,9 SR di sekitar laut Mentawai pada April 2005, M 6,3 SR di sekitar Danau Singkarak pada Maret 2007, M 8,4 SR dan M 7,9 SR di sekitar perairan Bengkulu dan Sumatera Barat pada 12 dan 13 September 2007 dan   Gempa Bumi 30 September 2009 dengan M 7,6 SR yang terjadi di Lepas Pantai Sumatera dan berjarak 50 km Barat Laut Kota Padang. Disebabkan rentetan gempa bumi tersebut, Sumatera Barat mewujudkan visi Sumatera Barat Tangguh terhadap Bencana.

Bencana alam seperti gempa bumi memang akan terus terjadi dan tidak bisa dihindari namun bisa diminimalisir resikonya. Salah satu cara untuk meminimalisir resiko dari bencana alam gempa bumi adalah melalui pendidikan mitigasi bencana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 21 Tahun 2008 pasal 14 yang menjelaskan bahwa untuk mengurangi dampak terjadinya bencana alam, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah korban serta mengurangi kerugian yang sebabkan oleh bencana, maka perlu adanya mitigasi bencana yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah dalam bentuk pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. 

Baca Juga: Gempabumi M 6.3 Donggala, Sebanyak 3.780 Warga Mengungsi

Didukung oleh Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Resiko Bencana (World Conference on Disaster Risk Reduction) yang dilaksanakan di Sendai, Jepang pada 14-18 Maret 2015 memutuskan bahwa “Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Resiko Bencana Alam 2015-2030”. Salah satu isi dari Kerangka kerja tersebut adalah setiap tingkatan masyarakat harus memiliki pemahaman atau pengetahuan tentang bencana dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan keerampilan awal dalam mengantisipasi bencana alam.

Mitigasi bencana dalam bentuk pendidikan formal dilakukan melalui pendidikan kebencanaan. Pendidikan kebencanaan diterapkan dengan cara mengintegrasikan materi bencana ke dalam materi salah satu mata pelajaran di sekolah. Mata pelajaran yang cocok untuk diintegrasikan dengan materi gempa bumi adalah mata pelajaran Fisika. Karena Fisika merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang fenomena alam beserta penyebabnya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam. Sehingga materi fisika sesuai untuk diintegrasikan dengan materi gempa bumi pada kurikulum merdeka. Seperti diketahui bahwa kurikulum merdeka memberikan keleluasan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajara peserta didik.

Beberapa contoh materi fisika yang diintegrasi dengan materi gempa bumi yaitu pengukuran, vector, gerak lurus, gerak parabola, gerak melingkar, gelombang, usaha dan energy, momentum dan implus, elastisitas, getaran. Prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian dan angka penting, serta notasi ilmiah kurang sesuai untuk diintegrasikan dengan materi gempa bumi diantaranya adalah karakteristik gempa bumi yaitu memiliki panjang gelombang gempa, dengan kecepatan tertentu menghasilkan energi gempa dengan besaran skala tertentu. Sedangkan karakteristik gempa bumi tersebut termasuk besaran fisika. Alat yang digunakan untuk pengukuran besaran fisika disebut alat ukur. Besaran pada gempa bumi diukur dengan seismograf. Kemudian pada materi vector diintegrasikan dengan materi gempa bumi diantaranya adalah berdasarkan nilai dan arahnya, besaran fisika terbagi menjadi besaran skalar dan besaran vektor. Besaran-besaran pada gempa bumi termasuk besaran vektor karena besaran pada gempa bumi memiliki nilai dan arah.

Pengintegrasian pendidikan mitigasi bencana dalam pembelajaran fisika ini diharapkan bahwa siswa tidak hanya paham akan materi fisika tetapi juga dapat membentuk pengetahuan, pemahaman, dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana yang ada di sekitarnya khususnya pada bencana alam gempa bumi.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kabar Lainnya

Kabar Lainnya