Bamsoet Puji Keberanian Purbaya: Ucapan Lugas yang Mengguncang Menara Gading Ekonomi

Anggota Komisi III DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila, Bambang Soesatyo, mengunggah tulisan mengenai Menteri Keuangan Purbaya

Reporter: - | Editor: Ulun Nazmi
Bamsoet Puji Keberanian Purbaya: Ucapan Lugas yang Mengguncang Menara Gading Ekonomi
Bambang Soesatyo || Dok IG

KABAR18.COM — Anggota Komisi III DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila, Bambang Soesatyo, mengunggah tulisan mengenai Menteri Keuangan Purbaya Yudha Sadewa di akun media sosialnya, Instagram @bambang.soesatyo

Dalam unggahan tersebut, Bamsoet mengemukakan kekagumannya terhadap sosok Purbaya yang dinilainya berani dan jujur dalam berbicara soal kondisi ekonomi bangsa. Ia pun menyoroti kalimat Purbaya yang dinilai membuka cakrawala publik.

Baca Juga: Bambang Soesatyo : Pemindahan IKN, Jangan Diperdebatkan

Pernyataan lugas Menteri Keuangan Purbaya Yudha Sadewa tentang utang dan korupsi negara memang mengundang perhatian luas.

Tanpa basa-basi, ia menyoroti kondisi keuangan nasional yang dinilai janggal—utang bertambah ribuan triliun, korupsi marak, namun cicilan bunga saja sulit dibayar.

Baca Juga: Bamsoet Senang Bayi Gajah Sumatera Lahir, Tapi Kok Lahirnya 17 April 2022..?

Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Purbaya. Tidak memakai diksi akademik, tidak dibungkus eufemisme teknokratik. Hanya kalimat lugas, tapi cukup untuk membuka ruang kuliah ekonomi terbesar di republik ini.

Bamsoet menilai, selama bertahun-tahun ekonomi di negeri ini telah menjadi bahasa kasta atas. Kata defisit terdengar seperti ancaman kiamat, sementara surplus seolah kabar gembira meski rakyat tak pernah tahu, surplus itu mampir ke dapur siapa.

Baca Juga: MPR RI : Putusan MKD DPR kepada Bamsoet Tak Prosedural

“Namun tiba-tiba, dinding menara itu retak. Sebuah nama Purbaya menendang pintu menara gading itu dari dalam, membuka ruang dialog di bawah. Kalimatnya terasa seperti kebocoran kebenaran dari ruang steril kekuasaan. Ia bukan sedang membakar, tapi menyalakan. Bukan sedang menyerang, tapi menggugah,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Jumat.

Menurut mantan Ketua MPR RI itu, begitulah efek domino literasi. Rakyat mulai menghitung, bukan lagi sekadar mengeluh harga sembako, tapi menelusuri kenapa anggaran tak sampai.

“Semua belajar, semua bicara. Freire menyebutnya conscientização—kesadaran kritis yang membuat rakyat tak lagi pasif, tapi partisipatif dan mampu membaca kekuasaan,” jelas Bamsoet.

Ia menegaskan, Purbaya telah membuka kotak pandora yang selama ini dibiarkan tertutup. Purbaya menjelaskan dengan bahasa yang tak bisa disangkal: uang daerah yang parkir di deposito itu seperti mobil dinas yang diparkir di garasi tanpa kunci. Secara formal diam, tapi sebenarnya bisa dikendarai siapa saja. Pejabat dapat fee dari orang bank, uang rakyat tetap diam, ekonomi tidak berputar.

Ekonomi, kata Purbaya, bukan hanya soal APBN. Ia adalah cermin moral bangsa. Bagi yang hatinya kotor, pembangunan hanyalah panggung dan angka kesejahteraan hanyalah statistik yang menipu.

“Di sinilah bangsa ini diuji. Bukan apakah kita mampu menambah anggaran, tapi apakah kita berani menegakkan integritas di tengah sistem yang gemar berkelit. Negeri ini tidak kekurangan uang,” tutur Bamsoet mengutip Purbaya, “yang kurang itu keberanian menjaga uang agar tetap terang.” (***)

 

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kabar Lainnya

Kabar Lainnya