Nikel dari Tanah Terampas: Kriminalisasi Warga dan Pertarungan Kuasa Antar Korporasi di Halmahera

Maba Sangaji, yang dahulu menjadi pusat kehidupan adat dan keseimbangan alam, kini berubah menjadi arena benturan antara korporasi tambang.

Reporter: Rls | Editor: Ulun Nazmi
Nikel dari Tanah Terampas: Kriminalisasi Warga dan Pertarungan Kuasa Antar Korporasi di Halmahera
Ilustrasi Konflik Perebutan Nikel di Halmahera Timur || Jatam

KABAR18.COM — Maba Sangaji, yang dahulu menjadi pusat kehidupan adat dan keseimbangan alam, kini berubah menjadi arena benturan antara korporasi tambang, jaringan modal-politik, dan aparat negara.

Masuknya industri nikel telah mengusir warga dari ruang hidup mereka. Hutan adat digunduli, sungai utama tercemar lumpur merah, dan lahan pangan tradisional musnah.

Baca Juga: Polda Jambi Tunaikan Shalat Gaib, Bentuk Bela Sungkawa Gugurnya Affan Kurniawan yang Tertabrak Kendaraan Taktis Brimob saat Aksi Demonstrasi

Di balik janji manis hilirisasi, kenyataan yang terjadi justru adalah keruntuhan ekosistem dan lenyapnya sumber penghidupan. Para petani dan pengolah sagu kini kehilangan tanah, pekerjaan, bahkan harga diri.

Ketika warga memilih jalan protes damai, mereka justru dibalas dengan kriminalisasi penangkapan, intimidasi, hingga vonis penjara bagi para pejuang lingkungan.

Baca Juga: Gurita Bisnis Tambang Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda, Warga Menghadapi Kekerasan, Kriminalisasi dan Kehilangan Ruang Hidup

Di sisi lain, korporasi saling menyerang melalui sengketa tumpang tindih izin, manipulasi tapal batas, dan laporan kepolisian.

Negara, yang seharusnya hadir melindungi rakyat, lebih sering absen bahkan berpihak pada kepentingan modal. 

Baca Juga: Waspada! BMKG Prediksi Hujan Lebat Guyur Jambi Hingga 2 November 2025

Penderitaan warga dan kerusakan lingkungan diabaikan. Sengketa antara PT Position dan PT Wana Kencana Mineral menjadi potret telanjang kolusi antara modal dan negara, ketika hukum dan birokrasi berubah menjadi alat akumulasi dan represi.

Laporan ini bukan sekadar kumpulan data dan kronologi. Ia menghadirkan investigasi mendalam tentang jejak bisnis yang melintasi Jakarta–Bermuda–Beijing, jaringan politik dan militer yang mengunci kendali, serta “keajaiban” bagaimana ekosistem, sejarah, dan martabat orang Halmahera dikorbankan demi keuntungan segelintir elit.

Bacalah kisah ini, dan temukan cerita orang-orang biasa yang bertahan di tengah gempuran kekuasaan—menuntut hak atas air, tanah, dan masa depan yang kian terancam.

Jika keadilan harus diperjuangkan hari ini, maka suara dan perlawanan dari Maba Sangaji adalah titik awalnya.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kabar Lainnya

Kabar Lainnya