Oleh: Bahren Nurdin
(Pengamat Sosial Jambi, tinggal di Australia)
Baca Juga: DREAM COMES TRUE; 19 Tahun Perjuangan
Baru-baru ini, Provinsi Jambi dikejutkan oleh insiden debat ‘panas’ yang melibatkan Ketua DPRD Provinsi Jambi dan mahasiswa yang sedang berdemo. Yang menjadi sorotan masyarakat terutama di beberapa platform media sosial adalah pernyataan "Apo selero, Kau!" yang dilontarkan oleh Ketua DPRD. Dalam konteks budaya Jambi, pernyataan ini bisa berarti macam-macam seperti marah, kesel, bahkan bisa juga sekedar candaan tema sebaya. Tapi dari video yang beredar, kalimat ini agak sedikit menujukkan suasana yang ‘panas’. Pun, dalam konteks demonstrasi, hal semacam ini lumrah terjadi. Sebagai pengamat sosial dan akademisi, penting bagi saya untuk menempatkan kejadian ini dengan perspektif yang seimbang.
Sebagai mantan mahasiswa yang juga pernah beridiri ‘di jalan’ pada tahun 1998, saya sangat memahami perasaan dan idealisme yang mendorong kawan-kawan mahasiswa untuk menyuarakan tuntutan mereka. Mahasiswa harus dan ‘wajib’ hukumnya memiliki suara kritis yang menuntut peran pemerintah dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa.
Baca Juga: Karhutla Dan Pentingnya Pemanfaatan Data Tinggi Muka Air Tanah
Namun, di sisi lain, harus pula difahami bahwa para pejabat tidak bisa serta-merta mengambil keputusan sesuai keinginan mahasiswa tanpa mempertimbangkan berbagai aspek yang lebih luas.
Dalam konteks kejadian di Jambi, penting bagi pemimpin muda seperti Ketua DPRD Provinsi Jambi untuk memiliki kemampuan manajemen konflik yang baik. Sebagai pejabat, beliau harus belajar menghadapi kritik dengan kepala dingin dan bijaksana. Kejadian seperti ini tentu tidak kita harapkan untuk terulang lagi, dan masyarakat juga tidak boleh langsung menghakimi.
Baca Juga: Pemilu Sistem Proporsional Tertutup atau Terbuka?
Ketua DPRD Jambi saat ini adalah anak muda Jambi yang berpotensi menjadi asset pemimpin bangsa ini. Pepatah Jambi mengatakan, "elok kampung dek nang tuo, ramai kampung dek nang mudo," yang berarti kemajuan dan kesejateraan negeri Jambi tergantung pada kebijaksanaan orang tua dan semangat anak muda.
Di sinilah peran para ‘orang tua’ dan tokoh masyarakat Jambi sangat dibutuhakan dan penting dalam memberikan bimbingan kepada para pemimpin muda agar mereka dapat memimpin dengan arif. "Tunjuk ajar, tegur sapo" adalah prinsip yang harus diterapkan untuk membimbing pemimpin-pemimpin muda kita dalam menghadapi berbagai tantangan.
Begitu juga dengan kawan-kawan mahasiswa, mereka harus menunjukkan intelektualitas dengan mengedepankan unsur-unsur akademis dan bukan emosional semata. Berbicara dengan data dan argumen yang kuat akan lebih efektif daripada menggunakan otot dan emosi yang cenderung frontal.
Jika kedua belah pihak dapat menjaga sikap dan tindakan mereka dengan baik, maka hal ini akan berkontribusi positif bagi pembangunan Jambi. Mahasiswa sebagai agen perubahan harus tetap kritis namun konstruktif, sementara pejabat-pejabat muda harus terbuka terhadap kritik dan siap untuk berdialog. Mereka adalah anak-anak muda Jambi yang penuh energi dan potensi.
Dengan demikian, sinergi antara mahasiswa dan pejabat dapat terwujud, membawa Jambi menuju masa depan yang lebih baik. Inilah yang saya sebut bahwa anak muda Jambi itu ‘punyo selero’.
Anak muda Jambi 'punyo selero' berarti secara positif bahwa mereka harus memiliki keberanian dan semangat yang tinggi untuk membela kepentingan rakyat dan memperjuangkan kemajuan Jambi ke depan dengan peran dan fungsi masing-masing di berbagai bidang.
Semangat ini harus terlihat melalui berbagai inisiatif dan gerakan yang mereka lakukan, baik di bidang sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Mereka tidak hanya berani menyuarakan aspirasi masyarakat, tetapi juga aktif terlibat dalam berbagai program pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jambi.
Dengan kreativitas dan inovasi, anak muda Jambi harusn mampu menciptakan solusi-solusi baru yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Selain itu, anak muda Jambi juga harus menunjukkan komitmen yang kuat dalam menjaga budaya dan tradisi lokal sambil tetap terbuka terhadap perkembangan global. Mereka harus pula memahami bahwa kemajuan tidak harus mengorbankan identitas budaya, melainkan dapat berjalan beriringan. Dengan semangat gotong royong dan solidaritas, mereka bekerja sama untuk membangun Jambi yang lebih baik, lebih maju, dan lebih sejahtera.
Yakinlah, anak muda Jambi yang 'punyo selero' adalah agen perubahan yang siap menghadapi tantangan dan membawa provinsi ini menuju masa depan yang lebih cerah. Semoga.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS