WHO Mencatat Setiap Tahun Ratusan Ribu Manusia Meninggal Digigit Ular Berbisa

Ahli Tokxinology gigitan ular berbisa dan hewan berbisa lainnya, Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, SpEm, mengatakan, reduksi data gigitan hewan berbisa di Indonesia memang sesuatu yang baru di negara kita.

Reporter: ASR | Editor: Muhammad Asrori
WHO Mencatat Setiap Tahun Ratusan Ribu Manusia Meninggal Digigit Ular Berbisa
Dr Tri Maharani Sedang Mempraktekkan cara meberikan pertolongan kepada korban gigitan ular.| Asrori

KABAR18.COM - Ahli Tokxinology gigitan ular berbisa dan hewan berbisa lainnya, Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, SpEm, mengatakan, reduksi data gigitan hewan berbisa di Indonesia memang sesuatu yang baru di negara kita.

Masalah ini diungkapkan Dr Tri Maharani, dalam kegiatan Workshop Penanganan Gigitan, Sengatan Hewan Berbisa dan Keracunan Tumbuhan Serta Jamur di Tempat Kerja”, yang digelar Petrochina International Jabung Ltd, di Hotel BW Luxury Jambi, Sabtu (10/08/2024).

Baca Juga: 8 Pekerja PetroChina Kecelakaan Kerja, Sudah Mendapat Perawatan Terbaik, Tidak Ada Korban Jiwa.

Karena kasusnya banyak dan tingkat natalitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian) serta disabilatasnya cukup tinggi, maka reduksi lewat hewan berbisa ini menjadi sangat penting.

“Terima kasih kepada Petrochina yang sudah mempasilitasi petugas kesehatan Puskesmas, Rumah Sakit, Damkar dan PMI yang ada di walayah Jambi,” ujar pakar Toxinology Expert yang lebih akrab disapa dokter Maha ini.

Baca Juga: SKK Migas dan PetroChina Silaturahmi dengan Wakapolda Jambi

Melalui workshop ini peserta mendapatkan ilmu terbaru, tentang berbahayanya hewan berbisa, seperti ular dan hewan laut berbisa serta insekta lainnya yang juga berbisa, kata Dr Maharani yang juga selaku Ketua Tim kajian Gigitan hewan berbisa dan Ketua Tim karecunan Alamai dan non racun alami, di Kementerian Kesehatan RI.

“Semoga informasi ini berguna untuk mereduksi gigitan hewan berbisa di Indonesia, khusus di Jambi,” ujar Dr Maharani.

Baca Juga: Bacagub Jambi, Romi Hariyanto Terima Bantuan SKK Migas - KKKS PetroChina Senilai Rp 16, 7 M Lebih..

Merujuk data dari World Health Organitation (WHO), sekitar 5,4 juta orang mengalami gigitan ular setiap tahunnya, 2,7 juta orang, diantaranya terkena gigitan ular berbisa.

Kemudian sebanyak 81 ribu-138 ribu orang meninggal setiap tahun akibat gigitan ular, dan sepertiganya harus diamputasi dan disabilitas permanen, karena disebabkan oleh gigitan ular tersebut.

Berdasarkan latar belakang itu, maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana penanganan gigitan ular, sengatan hewan berbisa dan keracunan tumbuhan serta jamur, papar Field Manager Petrochina International Jabung Ltd, Rudy Hermawan.

Rudy Hermawan menyampaikan hal itu melalui telekonferensi pada kegiatan Workshop Penanganan Gigitan, Sengatan Hewan Berbisa dan Keracunan Tumbuhan Serta Jamur di Tempat Kerja”, di Hotel BW Luxury Jambi..

Main operation area Petrochina International Jabung Ltd (PCJL) terletak di Tanjab Timur dan Tanjab Barat.  Secara garis besar area dikelilingi oleh hutan, kebun warga dan rawa-rawa, sungai dan anak sungai, terdapat bahaya biologi yang perlu diidentifikasi dan dikendalikan, agar tidak membahayakan bagi pekerja PCJL, ungkap Rudy Hermawan.

Ditegaskan Rudy, beberapa bahaya biologi yang berpotensi jadi masalah, bahkan ancaman serius bagi lingkungan kerja maupun pekerja PCJL itu sendiri, adalah ular berbisa yang kemungkinan sangat menggangu para kerja PCJL .

“Karena itu perlu dilakukan upaya promotif dan prementif, untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, aman, sehingga tidak terjadi kejadian kasus gigitan ular berbisa atau hewan berbisa lainnya, mengakibatkan kecelakaan, kecatatan dan kematian,” ujar Rudy.

Disamping itu workshop ini digelar, tujuannya guna meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan keryawan. Sehingga berdampak pula pada peningkatan produktifitas karyawan bagi perusahaan, pungkas Rudy.

Andi Gustawan selaku Health Safety Environment (HSE) Pterochina, dikesempatan itu mengatakan, dengan workshop ini diharapkan petugas dilapangan dapat bertindak lebih baik lagi. Karena setidaknya mereka sudah mendapatkan tambahan pengetahuan dalam menangani gigitan ular dan hewan berbisa lainnya.

Sebelumnya Kadis Kesehatan  Jambi, dr Fery Kusnadi, usai membuka workshop kepada Infojambi.com mengatakan, sebenarnya penanganan terhadap kasus gigitan ular  sudah ada dan itu sudah dilakukan oleh petugas kesehatan.

Selama ini dalam pengobatan, ada yang namanya protokol terapi. Sekarang ini protokol-protokol itu berubah, seiring dengan perubahan waktu dan ternyata ada juga perubahan Serum Anti Bisa ular yang dibuat berdasarkan jenis ular yang menggigitnya.

“Kalau dulu apapun jenis ular yang menggigit, itu Serum Anti Bisa ularnya sama saja, seperti yang ditangani oleh petugas Puskesmas,” kata dr Fery.

Sekarang ternyata lebih spesifik lagi, ada Serum Anti Bisa ular yang diciptakan baru dengan jenis ular tertentu. Kalau misalnya, jenis ular A serumnya berbeda dengan jenis ular B.

“Nah pengetahuan baru ini, harus dijelaskan oleh ahlinya, seperti Dr dr Tri Maharani, yang sengaja diundang oleh pihak Petrochina. Beliau merupakan salah satu tim kerja di Kementrian Kesehatan RI, membidangi tentang keracunan atau Toksinologi,” pungkas dr Fery.

Beberapa peserta workshop yang dimintai komentarnya, terkait materi yang dipaparkan Dr Tri Maharani, diantaranya ada Staf Dinkes Tanjung Jabung Timur, Eko Purnomo, mengatakan, dirinya menyambut baik.

“Workshop ini tentunya sangat bermanfaat bagi kami. Mudah-mudahan ilmu yang dipaparkan Dr Maharani, bisa disampaikan kepada petugas kesehatan dan masyarakat di sekitar tempat kerja,” kata Eko Purnomo.

Harapan masyarakat Tanjung Jabung Timur, kata Eko, kedepannya dikesempatan lain kegiatan workshop semacam ini, terutama berkaitan dengan upaya pencegahan dan penanganan gigitan ular berbisa dan hewan lainnya dapat dilaksanakan oleh Petrochina.

Peserta workshop yang lain, dr Refy Octharina dari UDD PMI Kota Jambi, juga mengapresiasi kegiatan Workshop ini. Menurutnya, materi yang dipaparkan Dr Tri Maharani, sangat menarik. Cara bagaimana penanganan gigitan ular berbisa dan hewan berbisa lainnya.

“Dari workshop ini banyak ilmu-ilmu terbaru yang diperoleh. Semoga kita bisa membantu untuk mengaplikasikannya dilingkungan kerja dan dalam kehidupan sehari-hari, ujar dr Refy singkat.

Agustina SKM, salah seorang staf Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, hadir sebagai peserta workshop juga sangat tertarik dengan materi yang bahas Dr Tri Maharani. Tentu, kata Agustina, ini bagi kami merupakan pengetahuan dan ilmu baru.

“Bersyukur dengan kehadiran kami di workshop ini, dapat menambah lagi pengetahuan terutama dalam ilmu Penyakit Akibat Gigitan Hewan Berbisa dan Tumbuhan Beracun (PAGHBTB).***

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kabar Lainnya

Kabar Lainnya