Sisi Humanis Kadewas TVRI, Agus Sudibyo dan Ketua PWI Jambi, Ridwan Agus, Kecintaannya Terhadap Lingkungan.

Sisi Humanis Kadewas TVRI, Agus Sudibyo dan Ketua PWI Jambi, Ridwan Agus, Kecintaannya Terhadap Lingkungan.

Reporter: Opini | Editor: Admin
Sisi Humanis Kadewas TVRI, Agus Sudibyo dan Ketua PWI Jambi, Ridwan Agus, Kecintaannya Terhadap Lingkungan.
Kadewas TVRI Pusat, DR. Agus Sudibyo mengunjungi Kebun Karet Ridwan Agus || pm

Catatan : Mursyid Sonsang, wartawan senior dan alumni Lemhannas RI PPSA 18

Jumat malam (26/7/2024) saya menerima pesan WhatsApp dari Ketua Dewan Pengawas TVRI Pusat, Agus Sudibyo, " Bang saya di Jambi, besok kita ketemu di TVRI setelah itu kita melihat kebun Pak Ridwan Agus," bunyi tulisannya. " Oke mas, saya tidak ada kegiatan hari Sabtu." balas saya.

Baca Juga: UKW dan SJI PWI Hanya Satu Box Cerutu Dalam Pusaran BUMN Gate !!!!!!

Saya agak termenung juga, biasanya teman dan sejawat dari Jakarta atau daerah lain sebagian besar ketika menghubungi saya untuk ditemani cari hiburan atau nongkrong di cafe. Kali ini mengajak ke kebun yang jauh dari keramaian.

Sentuhan saya dengan Agus Sudibyo sudah cukup lama, sejak HPN di Jambi tahun 2012. Jabatannya Wakil Ketua Dewan Pers. Setelah itu berlanjut tahun 2016, kami sama sama delegasi PWI Pusat berkunjung ke Korea Selatan. Kegiatan rutinnya penulis media nasional.

Baca Juga: Wahai  Hendry Ch Bangun Yang Terhormat, Tinggalkan Segera Cawe Cawe Itu !!!! Patuhilah Rekomendasi Dewan Kehormatan PWI Pusat

Pukul 10 pagi saya melunjur ke TVRI Jambi di Telanaipura. Acara silaturahmi keluarga besar TVRI Jambi sudah dimulai. Saya agak terlambat datang beberapa menit.

Di ruangan studio di kursi depan sudah duduk Kepala TVRI Jambi, Herly Marjoni, Kadewas TVRI Pusat, Agus Sudibyo, Direktur Keuangan TVRI Pusat, Raden Sarjono ( mantan kepala TVRI Jambi), Eka Taufani ( mantan Dirtum TVRI Pusat, yang kini menjadi dosen UIN). Di kursi yang lain sudah duduk para karyawan dan mitra kerja TVRI Jambi. 

Baca Juga: DK PWI Pusat Tidak Adil Memberikan Sanksi, Jusuf Rizal :  Mereka itu Ibarat Pepatah, "Tali Rapia Tali Sepatu, Sesama Mafia Mesti Bersatu."

Kepala TVRI Jambi, Herly Marjoni memaparkan rencana kerja dan pencapaian yang telah dilaksanakannya selama dua bulan menjadi Kepsta.

Yang menarik rencana pembangunan kantor dan ruangan studio baru. Paparan Herly yang jelas dan ditambah video tiga dimensi bangunan sangat menarik dan futuristik

Agus Sudibyo yang didaulat memberikan kata sambutan, doktor komunikasi ini tanpa basa basi menekankan pentingnya TVRI ikut memelihara pohon yang tumbuh hijau di pekarangan televisi milik pemerintah itu.

Apalagi dari paparan Kepala TVRI Jambi, Herly Marjoni ada rencana pengembangan pembangunan kantor TVRI. Dari rancangan kantor yang akan dibangun menurut Agus sangat Futuristik, tapi diingatkannya jangan ada pohon pohon yang sudah rindang di pekarangan kantor TVRI itu di tebang, bahkan Agus berencana akan menambah tanaman baru.

Menurut Agus, sangat senang berkunjung ke Jambi, salah satunya karena sebagian hutannya masih terpelihara. Pohon pohon masih menghijau. Masyarakat masih senang menanam pohon di lingkungannya masing masing.

"Budaya yang harus digelorakan ke generasi penerus, tantangan ke depan masalah lingkungan. Hutan dan lingkungan harus dihijaukan kembali, untuk meredakan suhu bumi semakin panas," ujarnya.

Kecintaan Agus dengan lingkungan yang hijau dan asri sudah di praktekkannya di rumah pribadinya di jl. Pramuka, Jakarta Timur. Rumahnya terbuat dari kayu dan bambu berarsitektur Jawa yang sangat kental. Beberapa pohon besar yang ada sebelum rumahnya dibangun masih berdiri kokoh, salah satunya pohon mangga.

Dari TVRI, mantan anggota Dewan Pers ini tidak sabar lagi untuk mengunjungi kebun karet milik Ketua PWI Jambi, Ridwan Agus di daerah Pemayung, Kabupaten Batanghari. Rombongan melunjur ke daerah Pemayung, Kabupaten Batanghari.

Ternyata Ketua PWI Provinsi Jambi itu memiliki sekitar 80 hektar kebun karet yang sudah ditanamnya tahun 1999 lalu. Ditengah kebun karetnya ada beberapa kolam yang ikannya boleh dipancing secara gratis penduduk sekitar. 

Ridwan Agus tidak tertarik menanam kelapa sawit, katanya tanaman kelapa sawit itu merusak lingkungan sekitar, penyerapan airnya sangat tinggi juga sangat monokultur tidak bisa pohon pohon lain hidup berdampingan.

Pembuktiannya beberapa areal pohon karetnya sudah tua dan harus diremajakan, Ridwan  menanam cengkeh. Ternyata tanaman cengkehnya tumbuh subur dan sebagian sudah berbuah. 

" Biasanya cengkeh tumbuh subur di daerah dataran tinggi, seperti Kerinci. Saya coba tanam sekitar 200 batang, bisa hidup dan berbuah. Sudah ada yang panen," jelas Ridwan yang memang memiliki areal tanah 180 hektar di kawasan itu 

Agus Sudibyo dan rombongan ditantang satu persatu untuk mencoba Menderes karet. Walau hari panas, getah dari pohon karet yang sudah tua itu mengalir deras dan ditampung dengan tempurung kelapa. 

" Setiap Minggu bisa menghasilkan 30 ton karet basah ini. Ketika harga turun karet karet itu di simpan dalam kolam penampungan. Saat harga tinggi dijual," jelas Ridwan.

Untuk mengerjakan lahan yang cukup luas itu. Menurut Ridwan para pekerjanya penduduk sekitar dan keluarganya. Mereka sudah hidup layak. Karena sistimnya bagi hasil," Sebagian besar mereka sudah naik haji dan rumahnya bagus bagus," ujarnya. Pekerja di kebunnya ada sekitar 10 keluarga.

Akhir berpetualangan di kebun Ridwan Agus ini, kami dijamu makan siang di rumah salah satu karyawannya. Hidangan kampung, kata Ridwan. Ada goreng ikan lambak, gulai ikan bujuk, uap pujuk ubi kayu dan tidak ketinggalan jengkol muda. 

Semua hidangan ludes..memang enak dan enak sekali.

 

 

 

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Kabar Lainnya

Kabar Lainnya