Di sudut lain, Zumi Laza, sang keponakan bertarung di Pilbup Tabjabtim meski lawannya tidaklah ringan. Laza harus bisa mengalahkan Dilla Hich, sosok politisi kuat yang punya basis masa dan dukungan luas.
Yang terang saat ini potensi kemenangan jauh lebih besar di garis tangan Diza. Merujuk sejumlah rilis survey, Maulana yang ia dampingi sudah mengantongi potensi kemangan di atas 60 persen. Sedangkan Laza sepupunya masih jauh tertinggal dari Dilla Hich.
Baca Juga: Meneropong Keberuntungan Joko Widodo dan Anies Baswedan di Pilpres 2024..?
Melihat kenyataan itu HN harus fokus memenangkan Diza. Dan tidak cawe cawe langsung di Tanjabtim. Harus memilih skala prioritas untuk kepentingan politik jauh ke depan.
HN harus mengerahkan segala potensinya dari materi yang berlimpah, jaringan yang luas untuk memenangkan Diza.
Proyeksi Diza ini jauh ke depan, wakil walikota ini sebagai "universitas" belajar jadi pemimpin dan belajar sebagai pelayan masyarakat dan paling penting belajar tidak KKN.
Jika kedua trah NH itu sama - sama memenangi pertarungan jelas yang mungkin lebih bersinar di masa depan adalah Laza karena ia kepala daerah, bukan Diza yang cuma wakil kepala daerah. Proyeksi 2029 lebih melihat Laza.
Belum lagi hasrat Zumi Zola yang menggebu untuk bertarung kembali di Pilgub Jambi tahun 2029, setelah hak politiknya kembali pulih.
Akankah demikian ? Semua kembali kepada Hazrin sebagai satu - satunya tokoh sentral di keluarga NH. Ia masih ingin tetap di belakang atau mengambil kesempatan mengukuhkan Diza sebagai matahari baru di trah NH.
Hazrin lah yang tahu persis secara obyektif siapa yang lebih layak mengemban tugas memuliakan kembali nama besar saudagar nan dermawan, Nurdin Hamzah yang melegenda.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS