Catatan : Martayadi Tajuddin (Alumni Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung dan Pengajar Prodi Arsitektur Universitas Adiwangsa Jambi)
Proyek besar pembangunan Islamic Centre Jambi, yang seharusnya menjadi kebanggaan umat Islam dan masyarakat Provinsi Jambi, justru menghadirkan beragam masalah yang tidak hanya merugikan tetapi juga mengkhianati harapan yang telah diletakkan pada proyek ini. Meskipun anggaran sebesar Rp 125 miliar telah dikeluarkan dari APBD Provinsi Jambi melalui skema multiyear, kenyataannya, pembangunan ini dipastikan tidak akan selesai tepat waktu sesuai kontrak yang berakhir pada Desember 2024. Selain itu masih diperlukan anggaran tambahan yang cukup besar untuk fungsional dan kemanfaatan banguan tersebut yang jelas-jelas mengangkangi nota kesepakatan sebelumnya.
Ini adalah gambaran jelas dari kegagalan mereka dalam merencanakan dan mengelola proyek yang sangat penting bagi umat ini.
Baca Juga: Al Haris PHP Komisi III DPRD Provinsi Jambi, Soal Lokasi Sport Center.
Lebih dari sekadar masalah teknis dan kualitas bangunan, pembangunan Islamic Centre ini menunjukkan ketidakmampuan pengelolaan anggaran dan sumber daya yang berdampak langsung pada masyarakat. Dalam konteks ini, proyek yang seharusnya menjadi pusat kebangkitan umat Islam, sekaligus penggerak ekonomi dan sosial bagi masyarakat, malah terancam menjadi simbol kegagalan besar yang hanya membuang-buang dana publik.
Banyak hal yang kurang mendapat perhatian dan terabaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Islamic Centre terutama prinsip dasar perencanaan pembangunan Islamic Centre yang akan menimbulkan multi persoalan dikemudian hari, antara lain :
1. Tujuan dan Fungsi yang Terabaikan
Islamic Centre Jambi dibangun dengan harapan menjadi pusat kegiatan keagamaan, sosial, dan ekonomi bagi umat Islam. Namun, dengan perencanaan yang buruk dan eksekusi yang terburu-buru, tujuan utama dari proyek ini menjadi kabur. Fasilitas-fasilitas esensial seperti pusat pendidikan, ruang ekonomi umat, dan area sosial seharusnya menjadi prioritas utama, namun justru terabaikan. Sebaliknya, apa yang ada malah lebih terlihat sebagai proyek yang terfokus pada tampilan luar dan cepat selesai tanpa memikirkan keberlanjutan dan fungsionalitas jangka panjang.
Baca Juga: Jejak Digital Al Haris Mengerikan Dari Tuduhan Selingkuh Hingga PHP...?
2. Keterhubungan dengan Masyarakat yang Terlewatkan.
Proyek ini seharusnya menjadi bagian integral dari masyarakat di sekitar. Namun, minimnya perhatian terhadap komunitas lokal menunjukkan bahwa proyek ini lebih mengutamakan ambisi dan gengsi ketimbang memenuhi kebutuhan nyata umat.
Jika sebuah Islamic Centre tidak memberikan manfaat langsung melalui kegiatan sosial, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi lokal, maka kita harus bertanya, untuk siapa sebenarnya proyek ini dibangun?
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS