JAMBI,KABAR18.COM - Moment peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia setiap tahunnya, ternyata tak disia-siakan oleh masyakarat untuk menjajakan barang dagangan, seperti bendera merah putih dan umbul-umbul.
Sayangnya, mereka para penjual berbagai macam pernak-pernik merah putih ini, merasa sedih dan prihatin, lantaran tahun ini kondisinya sepi pembeli, barang dagangannya banyak tak laku terjual.
Baca Juga: Walikota Ahmadi Melaunching Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih
Biasanya, pada pertengahan bulan Juli, para penjual bendera ini sudah datang dan menggelar dagangannya di sisi kanan-kiri jalan protokol, seperti yang terlihat di berbagai tempat di Kota Jambi.
Mereka mengaku datang berasal dari Garut, Jawa Barat, secara berkelompok, dan selama di Jambi atau di daerah lain, menetap sementara mengontrak atau ngekos dalam satu rumah.
Baca Juga: Pj Bupati Muaro Jambi, Bachyuni Deliansyah Lepas Lomba Perahu di Desa Tangkit
Hasan, (60) penjua bendera yang mangkal di jalan Selamat Riyadi, mengatakan, bahwa dirinya datang ke Jambi tidak sendirian dan membawa barang dagangannya langsung dari Kota Garut.
“Dari Garut, bawa langsung barang dagangan. Sekarang ini sepi, jarang ada yang mau beli bendera. Tidak seperti tahun lalu. Ini gara-gara ada penjualan on line. Ini aja dari kemarin dan hari ini (16 Agustus) belum ada yang beli, “ujar Hasan, prihatin.
Begitu juga Lukman Hakim (45), kawan satu kelompok dengan Hasan, yang menggelar dagangannya di Jl. Yusuf Singadikane atau di depan kantor Jasa Raharja, juga mengungkapkan keprihatinannya terkait barang dagangannya banyak yang tak terjual.
“Tahun ini memang benar-benar prihatin, pasalnya usaha menjual pernak-pernik merah putih dalam rangka memeriahkan HUT RI, hasilnya tidak sesuai harapan. Ini berpengaruh adanya penjualan on line lewat akun media sosial. Tahun kemarin masih lumayan hasilnya, pulang ke Garut ada yang dibawa untuk anak dan istri, “ungkap Lukman Hakim, sedih.
Sementara Revi (50), penjual bendera yang mangkal di Jl Patimura atau di depan kuburan China, saat timui mengatakan, pembeli yang datang justru malah protes, padahal seharus pembeli itu menawar berapa untuk harga satu bendera atau umbul-umbul yang mau dibeli.
“Sekarang ini pembeli malah protes, bukannya tawar menawar, karena dinilai harga satu bendera atau umbul-umbul terlalu mahal. Pembeli menganggap penjualan on line lebih murah dibandingkan membeli langsung ke penjual, “ujar Revi yang asli tinggal di Jambi.
Gegara maraknya penjualan secara on line, tambah Revi, tahun ini hancur semua penjual bendera seperti dirinya, banyak lah ruginya daripada untungnya.***
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS