Oleh: Nando Nawawi, S.S |
(Pemerhati Sosial tinggal di Kota Jambi)
Batanghari airnya tidak lagi tenang sebagaimana syair lagu daerah yang sering kita dengar. Kini airnya ‘garang’ merendam kampung-kampung. Dua minggu terakhir paling tidak beberapa daerah di sepanjang alirannya meradang; tenggelam.
Baca Juga: Karhutla Dan Pentingnya Pemanfaatan Data Tinggi Muka Air Tanah
Sebagai orang Jambi, tentu kita semua tahu bahwa sungai Batanghari adalah salah satu sungai terpanjang di Pulau Sumatra, Indonesia, yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya, terutama di Provinsi Jambi. Sungai ini bukan hanya menjadi jalur transportasi tradisional yang menghubungkan berbagai daerah, tetapi juga memiliki nilai ekologis yang sangat tinggi. Sungai Batanghari menyediakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, serta berperan sebagai sumber daya air untuk pertanian, perikanan, dan kebutuhan sehari-hari.
Namun, di balik pentingnya peran Sungai Batanghari, terdapat berbagai tantangan yang mengancam kelestariannya. Salah satunya adalah polusi yang berasal dari limbah industri, pertanian, dan permukiman di sepanjang aliran sungai. Pencemaran air yang terus meningkat dapat berdampak negatif pada kualitas air, mengancam kehidupan biota sungai, dan menurunkan keberlanjutan ekosistem yang ada. Selain itu, alih fungsi lahan untuk pembangunan infrastruktur dan perkebunan juga menjadi ancaman bagi keberadaan hutan di sepanjang sungai.
Baca Juga: Pemilu Sistem Proporsional Tertutup atau Terbuka?
Secara keseluruhan, Sungai Batanghari merupakan anugerah alam yang memiliki banyak manfaat, namun keberlanjutannya harus dijaga dengan upaya bersama. Tanpa kesadaran dan tindakan nyata dalam merawatnya, sungai ini bisa kehilangan fungsinya dan menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan di sekitarnya.
Baca Juga: OJK Raih Opini WTP dari BPK RI untuk Laporan Keuangan OJK Tahun 2022
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS