Firdaus Abdullah dikenal sebagai penulis yang produktif. Dua bukunya yang terakhir, Antara Yang Dikendong dan Yang Dikejar (2018) dan Cermin Belakang (2022), merupakan bentuk keprihatinannya atas nasionalisme Melayu yang menurun dan nilai-nilai bangsa yang kian pupus. Kedua hal tersebut memang menjadi fokus kajiannya sebagai seorang sosiolog dan cendekiawan terkemuka Melayu.
Jauh sebelumnya beliau telah banyak menulis mengenai topik yang sama. Di antara sederet karyanya adalah Analisa Simposium Kepimpinan Melayu: Dari Mana ke Mana (1977), Kepimpinan Melayu: Satu Rakaman Kewartawanan (1985), Prisma Mimpi (1985), dan Radical Malay politics: its origins and early development (1985). Buku puisinya antara lain Laungan (antologi pusi bersama, 1966)), Puisi Kanak-kanak (antologi bersama, 1967)), Balada Cinta di Seberang Benua (1976), Puisi-puisi Nusantara (antologi bersama, 1981), Lagu Kehidupan (antologi bersama, 1983), Bintang Mengerdip (antologi bersama, 1984), 100 Sajak Malaysia (antologi bersama, 1984), Bahasa Alam (antologi bersama, 1984), Puisi Amira dan Falahi (puisi kanak-kanak, 1986), Bunga Gerimis (antologi bersama, 1986), Puisirama Merdeka (antologi bersama PENA, 1986), Kumpulan Sajak-sajak Hadiah Sastera 1971-1973 (antologi bersama, 1987), Kumpulan Puisi Malaysia 1975-1985 (antologi bersama, 1988), Puisi Baharu Melayu 1961-1986 (antologi bersama, 1990), Merpati Putih dan Pelangi/The White Dove and the Rainbow (antologi bersama, 1990), dan Malaysia dalam Puisi (antologi bersama, 1991).
Ia memang sosok yang multi talenta dan berkiprah di banyak bidang secara menonjol. Tidak saja sebagai wartawan, akademisi, sastrawan, dan penulis yang sangat produktif. Ia telah menghasilkan ratusan tulisan dalam bentuk artikel ilmiah di jurnal dan media cetak, esai dan chapter dalam berbagai genre buku soal kebudayaan hingga sosial dan politik, serta kata pengantar untuk sejumlah buku. Ia bahkan juga pernah menjadi aktor dan bermain dalam film Esok Masih Ada arahan Dato Jins Shamsuddin.
Baca Juga: Bundo Kanduang " Uni Ani" yang Mendunia itu Telah Tiada...
Selepas pengabdiannya sebagai Ketua Dewan Pengarah DBP, atas sokongan PM ke-5 Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, pada bulan Januari 2009 Prof. Dato’ Firdaus Abdullah dilantik oleh Yang di-Pertuan Agong Malaysia sebagai Senator atau Anggota Dewan Negara Malaysia periode 2009-2012, dan selanjutnya dilantik lagi untuk penggal kedua periode 2012-2015. Selain sebagai senator, beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan kebudayaan khususnya yang berkaitan dengan dunia Melayu dan organisasi perantau Minangkabau di Malaysia. Firdaus pernah dipercaya menjabat Presiden Jaringan Perantau Minang Malaysia (JM3) yang pertama untuk masa jabatan 2015-2020.
Baca Juga: Selamat Jalan Men...Minang Kehilangan Wartawan Olahraga Terbaik.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS